Film animasi merupakan film yang merupakan hasil dari gambar buatan tangan yang diolah sehingga bisa menjadi gambar yang bergerak. Di awal penemuannya, animasi dibuat dari gambaran kertas yang berlembar-lembar yang kemudian disatukan dan diputar sehingga memunculkan efek yang bergerak. Namun sekarang dengan adanya komputer dan grafika komputer, pembuatan film animasi menjadi sangat terbantu, karena menjadi lebih mudah, cepat dan efisien. Bahkan hingga saat ini animasi sudah berkembang menjadi 2 dan 3 dimensi.
Pada tahun 1952, serial dan film animasi Walt Disney sudah mendunia. Seperti film ‘Micky Mouse’, ‘Cinderella’, ‘Bambi’ hingga film ‘Alice in Wonderland’ membuat presiden pertama RI yaitu Ir. Soekarnp tertarik untuk mempelajari animasi tersebut. Hingga mengirim Dukut Hendronoto atau biasa dipanggil Pak Ooq terbang ke Disney untuk belajar animasi.
Pada tahun 1955, Dukut Hendronoto kembali ke Indonesia dan memulai menerapkan apa yang telah di pelajarinya selama belajar di Disney. Pak Ooq akhirnya membuat iklan animasi untuk pemilihan umum yang diberi judul “Si Doel Memilih”.
Pada tahun 1963, Pak Ooq mulai bergabung perusahaan stasiun tv pertama di Indonesia yaitu TVRI (Televisi Republik Indonesia) serta mengembangkan program animasi disana. Namun tidak dilanjutkan karena pengembangan program animasi tersebut terlalu banyak menghabiskan anggaran.
Pada tahun 1970, seorang jurnalis dan penyair Indonesia bernama Alex Leo Zulkarnain pulang dari sekolah broadcasting di Jerman dan mulai memimpin TVRI Jakarta. Alex membuka slot iklan “Manasuka Siaran Niaga” yang berlangsung selama 30 menit setiap harinya dan membuka kesempatan bagi kreator-kreator Indonesia. Seniman asal Amerika bernama Lateef Keele sangat mencintai budaya Indonesia hingga mendirikan studio animasi bernama “Anima Indah” di Jakarta. Tidak hanya itu beberapa stafnya seperti Darmono Sudarsono, Purnomo, Partono, Denny Allaudsyah Djonaid, Wagiono Sunarto, Heru Sudarmadji, dikirim ke studio Dart dan Toei di Jepang dan beberapa juga studio animasi lainnya di Inggris dan Amerika.
Sayangnya hasil karya mereka masih sebatas iklan, salah satu iklannya adalah ballpoint BIC yang tayang di tahun 1974. Masih di tahun yang sama munculah seorang illustrator dari lembaga Training Aid Center (TAC) bernama Drs. Suyadi yang termasuk bagian dari UNICEF yang mulai memperkenalkan karya animasinya di Indonesia.
Pada tahun 1974, hadirlah Festival Mini yang diupayai oleh Dewan Kesenian Jakarta sejak tahun 1973, mampu memikat tumbuhnya film-film animasi pendek. Seperti film “Kayak Beruang” karya dari Dwi Koendoro dan Pramono yang menjadi juara satu di festival ini.
Pada tahun 1979, sejak Drs. Suyadi bergabung dengan TVRI di tahun 1974 yang kemudian dikenal dengan nama Pak Raden di serial boneka “Si Unyil” yang menyelipkan animasi “Timus Mas” yang berdurasi sekitar 15 menit. Film yang dibuat berdasarkan cerita rakyat tersebut adalah film hasil karya dari Drs. Suyadi yang bekerja sama dengan Perusahaan Produksi Film Negara (PPFN).
Pada tahun 1980, sejak film Timun Mas dirilis, ketertarikan masyarakan akan animasi lokal semakin meningkat, animasi lainnya seperti “Rimba Si Anak Angkasa” yang di sutradarai oleh Wagiono Sunarto dan Si Huma yang termasuk film dari Partono Soenyoto juga ditayangkan di stasiun tv yaitu TVRI.
Pada tahun 1983, kebanyakan animasi digunakan untuk keperluan iklan saja, namun seiring berkembangnya animasi yang bersamaan dengan bertumbuhnya stasiun TV swasta di Indonesia, film animasi seperti “Legenda Buriswara” dirilis berdasarkan cerita Mahabarata yang di sutradarai oleh Narliswandi Iwan Piliang.
Pada tahun 1990, sudah banyak bermunculan studio animasi di Indonesia seperti Asian Wang Animation yang bekerjasama dengan Wang Film Animation Tawan, Red Rocket Animation Studio di Bandung dan masih banyak lagi.
Pada tahun 1993, bukan hanya 2D (dua dimensi) animasi Indonesia mulai berkembang pada animasi 3D (tiga dimensi). Seperti film Hela Heli Helo yang merupakan film animasi 3D pertama Indonesia yang dibuat di Surabaya. Di produksi oleh PT INDEX dan disutradarai oleh Yuwono. Demi mengembangkan animasi di indonesia terutama di bagian industri, beberapa animator asal Indonesia berinisiatif membuat komunitas yang bertujuan memjadi wadah untuk saling bertukar pengalaman serta informasi dalam bisnis dan mempersatukan visi para animator di Indonesia. Akhirnya di tahun 1993 ASOSIASI ANIMASI INDONESIA didirikan oleh beberapa tokoh seperti Mulyono, Amoroso Katamsi, Daniel Haryanto, Denny A Djunaid dan Johnny Jauhari.
Pada Tahun 1998, Dirjen Kebudayaan yaitu Ibu Edi Sedyawati mendeklarasikan bahwa 12 Februari merupakan Hari Komik dan Animasi Nasional. Bertepatan dengan pekan Komik dan Animasi Nasional yang diselerenggarakan di Galeri Nasional Jakarta. Masih di tahun yang sama animasi “Bawang Merah Bawang Putih” yang diproduseri oleh Herijanto Judarto yang bekerja sama dengan Bening Studio berhasil mengangkat dongeng Indonesia yang berasal dari kepulauan Riau. Begitu juga dengan animasi lainnya yang cukup populer seperti “Petualangan Si Kancil” dan lain lain.
Pada tahun 2000, animasi fabel berjudul “Dongeng Aku dan Kau” yang disponsori oleh Nestle Dancow dan di produksi oleh Red Rocket Animation Studio Bandung menjadi animasi paling produktif di Indonesia saat itu. Bukan hanya itu, banyak sekali kebutuhan iklan yang di produksi dari studio tersebut seperti “Kilip dan Puri Rembulan“, “Mengapa Domba Bertanduk dan berbuntut Pendek” dan “Si Kurus dan Si Macan“.
Referensi :
https://popcon.asia/sejarah-animasi-indonesia-part-1-1952-1980/6264
https://id.wikipedia.org/wiki/Alex_Leo_Zulkarnain
https://popcon.asia/sejarah-animasi-indonesia-part-2-1983-2000/6407
https://id.wikipedia.org/wiki/Animasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar